HAKIKAT
KEBUDAYAAN
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata
kuliah Pendidikan Multikultural diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dalam
mengkaji konsep warga Negara Indonesia yang cerdas, memiliki tanggung jawab dan
partisipasi sebagai warga masyarakat yang multicultural dan warga dunia yang
berbudaya. Agar dapat mencapai kemampuan tersebut, maka harus mengkaji tentang
hakikat kebudayaan.
Antara
manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hanya semua tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan
kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang
berupa kebudayaan tersebut di biasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses
internalisasi, soaialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara manusia
dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan yaitu sebagai :
1) Penganut kebudayaan
2) Pembawa kebudayaan
3) Manipulator kebudayaan
4) Pencipta kebudayaan.
Pembentukan
kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan
dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan bernagai cara. Hal yang
dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia
dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life,
yang digunakan individu sebagai pedoman bertingkah laku.
Dewasa
ini manusia kebanyakan melupakan makna kehidupannya, hakekat diciptakannya
manusia oleh Tuhan, dan adat istiadat atau yang lazimnya sering disebut dengan
istilah kebudayaan. Hal tersebut seringkali banyak disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi dalam perkembangannya. Beberapa Diantaranya seperti
kemajuan teknologi yang pesat, modernisasi atau globalisasi yang semakin
meningkat.
Dalam
sejarah manusia yang sebelumnya memiliki kebudayaan yang bersifat primitif dan
kental akan seni, agama, dan tata kelakuan yang telah diturunkan turun- temurun
ke generasi berikutnya berangsur-angsur mulai berubah seiring dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Manusia yang dulu saling menyapa
ketika bertemu di jalan sekarang jarang terjadi karena lebih sibuk dengan
handphonenya. Bertumbuhnya sifat individualisme yang banyak terjadi khususnya
dalam masyarakat perkotaan merupakan salah satu contoh yang kongkrit dari
akibat perkembangan teknologi yang pesat dan terus mempengaruhi kebudayaan.
Berlimpahnya
kemakmuran dan megahnya bangunan belum merupakan lambang kemajuan suatu
kebudayaan manusia dalam arti sebenarnya. Kemajuan dan perkembangan yang hanya
terbatas pada material saja akan menyebabkan kepincangan dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, manusia dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat
karena kebudayaan berasal dari pemikiran manusia yang diatur atau dibatasi oleh
aturan tertentu.
1.2 Rumusan Masalah:
1) Apa yang dimaksud kebudayaan?
2) Apa sajakah unsure-unsur kebudayaan?
3) Apa sajakah wujud kebudayaan?
4) Apakah perbedaan antara lingkungan fisik,
sosial dan metafisik?
5) Apakah perbedaan antara budaya dan non
budaya?
6) Apa yang dimaksud pranata kebudayaan?
1.3 Tujuan Penulisan:
1) Menjelaskan pengertian kebudayaan.
2) Menyebutkan unsur-unsur kebudayaan.
3) Mengidentifikasi tiga wujud kebudayaan.
4) Menjelaskan perbedaan antara lingkungan
fisik, sosian dan metafisik.
5) Menjelaskan perbedaan antara budaya dan
non budaya
6) Mengidentifikasi pranata kebudayaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan
Budaya
merupakan istilah yang banyak dijumpai dan digunakan hamper dalam setiap
aktivitas sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa budaya begitu dekat dengan
lingkungan kita. Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture
(Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi
segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dari
bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena
itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari
budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta,karsa
dan rasa tersebut, beberapa pendapat ahli antropologi dunia tentang definisi
kebudayaan :
Ø E.B.Tylor (Primitive Culture) : keseluruhan
kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan lain seperti kebiasaan manusia yang bermasyarakat.
Ø R.Linton (The Cultural Background of
Personality) : konfigurasi dari tingkah laku yang pembentukannya didukung dan
diteruskan anggota masyarakat tertentu.
Ø C.Klukhonn dan W.H Kelly (Hasil Tanya jawab
dengan ahli antropologi sejarah) : Hukum, psikologi yang implisit, rasional,
irasional terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi
tingkah laku manusia.
Ø Melville J.Herskovits (Ahli antropologi
Amerika) : bagian dari lingkungan buatan manusia “Man Made Part of the Environment”.
Ø Dowson (Age of the Gods) : cara hidup
bersama(Culture is common way of life).
Ø J.P.H Dryvendak : kumpulan cetusan dari jiwa
manusia yang beraneka ragam dan berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
Ø Ralph Linton (1893-1953) : sifat sosial manusia
yang turun temurun “Man’s sosial heredity”.
Beberapa
definisi yang dikemukakan oleh pakar Indonesia :
Ø Prof. Dr. Koentjaara Ningrat : keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan
yangharus didapat degan belajar.Dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
Ø Sultan Takdir
Alisahbana : manifestasi dari cara berfikir.
Ø Dr. Moh. Hatta :
ciptaan dari suatu bangsa.
Ø Mangunsarkoro : segala yang bersifat hasil
kerja manusia dalam artian yang seluas-luasnya.
Ø Drs. Sidi Gazalba : cara berfikir dan merasa
yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang
membentuk satu kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
Definisi
di atas berbeda-beda namun memiliki prinsip yang sama yaitu mengakui adanya
ciptaan manusia,meliputi perilaku dan hasil kelakuan manusia,yang diatur oleh
tata kelakuan yang diperoleh dengan belajar yang semuanya tesusun dalam
kehidupan masyarakat.
Di
dalam masyarakat kebudayaan diartikan “The general body of the art” yang
meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan
filasafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil
budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup atau segala sesuatu yang
diciptakan manusia baik yang konkrit maupun abstrak.
Menurut
Prof. M. M. Djojodiguno (Asas-asas Sosiologi,1958) bahwa kebudayaan atau budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
Ø Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui
rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya. Hasil cipta berupa Ilmu
pengetahuan.
Ø Karsa : kerinduan manusia untuk menginsafi
dari mana manusia sebelum lahir dan kemana sesudah mati.Hasilnya berupa
norma-norma keagamaan atau kepercayaan.
Ø Rasa : kerinduan manusia akan keindahan dan
dorongan untuk menikmati keindahan. Hasilnya berbagai macam kesenian.
Kebudayaan
merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk
memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Dan dijelaskan sebagai berikut :
Ø Kebudayaan adalah segala sesuatu yang
dilakukan dan dihasilkan manusia yang meliputi kebudayaan material (bersifat
jasmaniah) dan kebudayaan non material (bersifat rohaniah).
Ø Kebudayaan tidak diwariskan secara
generative(biologis) melainkandngan cara belajar.
Ø Kebudayaan diperoleh manusai sebagai anggota
masyarakat.
Ø Kebudayaan adalah kebudayaan manusia.
Dengan
demikian kita dapat menyimpulkan bahwa budaya itu berkaitan dengan 3 kata kunci
yang mencakup (1) gagasan, (2) perilaku dan (3) hasil karya manusia. Sebagai
pedoman pembahasan , pengertian kebudayaan yakni merupakan program bertahan
hidup dan adaptasi suatu kelompok dengan lingkungannya. Program budaya terdiri
dari pengetahuan,konsep dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota kelompok
melalui sisrem komunikasi. Esensi budaya bukan pada benda, alat atau elemen
budaya yang terlihatlainnya namun bagaimana kelompok menginterpretasikan,
menggunakan dan merasakannya.
2.2 Unsur-unsur kebudayaan
E.B.
Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan
menurut
Raymond
Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi organisasi produksi, struktur
keluarga, struktur lembaga yang mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan
sosial, bentuk komunikasi yang khas dalam anggota masyarakat. Menurut Claude
Levi-Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam konteks teori komunikasi yaitu
sebagai keseluruhan sistem simbol (bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni)
yang pada berbagai tingkat memungkinkan dan mengatur komunikasi (Cremers, 1997:
147). Hal ini karena manusia adalah homo simbolicum. Kita lihat bahwa budaya
diartikan selalu dalam konteks hubungannya sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat lebih sistematis dalam memerinci unsur-unsur kebudayaan.
Unsur-unsur
kebudayaan menurut Koentjaraningrat(2000: 2) adalah sebagai berikut:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
Kepercayaan
manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa
ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
Sistem
yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk
yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing –
masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
3. Sistem pengetahuan
Sistem
yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda
sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula.
4. Bahasa
Sesuatu
yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
5. Kesenian
Setelah
memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
6. Sistem mata pencaharian hidup.
Terlahir
karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu
ingin lebih.
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Sistem
yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang
baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Secara
garis besar unsur-unsur yang berada di urutan bagian atas merupakan unsure yang
lebih sukar berubah daripada unsur-unsur di bawahnya. Namun perlu diperhatikan,
karena ada kalanya sub unsur dari suatu unsur di bawahnya lebih sukar diubah
dari pada sub unsur dari suatu unsur yang tercantum di atasnya. Misalnya
sub-sub unsur hukum waris yang merupakan sub unsur dari hukum (bagian dari
unsur sistem dan organisasi kemasyarakatan) lebih sukar berubah bila
dibandingkan dengan sub-sub unsur arsitektur tempat pemujaan (bagian dari sub
unsur prasarana upacara yang menjadi bagian dari sistem religi). Masjid,
gereja, tasbih, kitab suci merupakan contoh kongkrit sistem religi dan upacara
keagamaan. Ada pembagian warisan di antara keluarga Anda, ada walikota, ada
kantor dan tokoh politik, anak SD memakai seragam merah putih yang kesemuanya
itu merupakan contoh sistem dan organisasi kemasyarakatan. Buku IPS anak SD,
ada orang yang menghitung uang kembalian merupakan contoh kecil dari sistem
pengetahuan. Ada orang yang berbahasa Madura, bahasa Jawa dan ada yang
berbahasa Indonesia merupakan bagian dari unsur bahasa. Panggung seni, ada
lukisan, ada gambar reklame yang indah sebagai perwujudan unsur kesenian.
Penjual sayuran, sopir angkot, seorang guru berseragam abu-abu yang memasuki
sekolah, remaja yang memakai seragam pertokoan tertentu yang semuanya itu
merupakan contoh kongkrit unsur sistem mata pencaharian hidup. Ada komputer,
internet, ada cangkul dan sabit, ada Hand Phone merupakan contoh system
teknologi dan peralatan.
Unsur-unsur
yang diurutkan di atas merupakan unsur budaya yang universal dalam arti ada di
manapun, kapan pun dan berlaku pada siapa pun. Artinya di belahan dunia mana
pun ada ketujuh unsur itu. Dalam sejarah manusia baik yang primitif maupun yang
modern ke tujuh unsur itu berlaku pada siapapun yang dinamakan “manusia”.
2.3 Wujud Kebudayaan
Kalau
kita perhatikan definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri dari:
1. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang
bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam pikiran dari warga masyarakat
di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup, yang nampak pada karangan,
lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali, dan pemberi arah
kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan, yaitu
sistem nilai budaya (yang paling abstrak dan luas), system norma-norma (lebih
kongkrit), dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari (aturan
sopan santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti pola tertentu.
Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang
bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang dapat diraba dan dilihat.
Ketiga
wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak
terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan
dan karya manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia menghasilkan benda
kebudayaan fisik. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup
tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya,
sehingga mempengaruhi pola perbuatan, bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
2.4 Budaya dan Lingkungan
Pada
dasarnya kita tidak bisa lepas dan terpisah dari lingkungan kita. Pada dasarnya
kelompok sosial merupakan kolektivitas manusia yang kurang lebih permanen yang
hidup bersama dan berinteraksi dengan berbagai lingkungan yang mengitari
dirinya. Kelompok sosial harus bertahan hidup dengan beradaptasi dengan dan
mengubah lingkungannya. Pengetahuan, ide, dan ketrampilan yang memungkinkan
suatu kelompok untuk bertahan hidup dapat dipandang sebagai program bertahan
hidup atau budaya. Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok tergantung pada
jenis lingkungan yang dihadapi kelompok.
Pertama,
ada lingkungan geografis, atau habitat fisik. Lingkungan ini memberi berbagai
keunikan alamiah di mana kelompok sosial itu beradaptasi dengan atau mengubah
lewat teknologinya.
Kedua,
anggota kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Kelompok sosial
sebagai satu keseluruhan memiliki kelompok lain sebagai tetangga yang akan
membentuk lingkungan sosial dengan mana mereka juga berinteraksi. Beberapa dari
kelompok ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka,
sedangkan yang lain lebih berjarak. Dalam skala dunia, kelompok sosial utama
seperti negara hidup dalam lingkungan sosial regional dan global dan harus
beradaptasi dengan negara lain. Bagian budaya sebagian besar tersusun dari
semua kebiasaan dan aturan yang memungkinkan semua skala interaksi yang berbeda
ini dilakukan.
Ketiga,
ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkannya karena tidak
terlihat atau berinteraksi di dalam dunia ini. Namun nyatanya jutaan manusia
dan sangat mempengaruhi hidup. Asalnya terletak pada apa yang dipikirkan
terhadap dorongan manusia yang mendasar (a basic human drive) atau kebutuhan
universal untuk menemukan makna dan penjelasan dalam hidupnya. Satu cara untuk
memuaskan kebutuhan akan makna ini adalah mengembangkan keyakinan bahwa hidup
ditentukan oleh Sesuatu yang lebih tinggi, yang adanya di luar umat manusia,
seperti Tuhan atau hal-hal supernatural lainnya. Tanpa memasukkan lingkungan
metafisik dalam pembahasan kita, sulit untuk memahami secara utuh mengapa
beberapa kelompok sosial hidup sebagaimana mereka lakukan. Misalnya, suku Baduy
di Jawa Barat yang lebih menghargai kakinya untuk diberi bantal ketika sedang
tidur daripada kepalanya karena memandang bahwa kaki lebih digunakan untuk
menopang seluruh anggota tubuh mereka. Hal esensial tentang praktek ini dan
berbagai tempat lain di dunia ini adalah bahwa lingkungan metafisik yang
demikian itu nyata bagi yang mempercayainya seperti halnya Allah bagi orang
Islam dan Yesus bagi orang Nasrani.
2.5 Budaya dan Non Budaya
Memperhatikan
luasnya pengertian budaya di atas, maka pertanyaan selanjutnya adalah apa yang
membedakan pengertian antara budaya dan non budaya? Hal-hal yang non budaya
mencakup benda yang keberadaannya sudah ada dengan sendirinya atau ciptaan
Tuhan
yang tidak/belum mendapat sentuhan aktivitas manusia (benda-benda alamiah
seperti batu, pohon, gunung, tanah). Sementara itu, budaya mencakup sesuatu
yang keberadaannya sudah mendapat sentuhan tangan manusia, misalnya patung
marmer, bonsai, bangunan, aturan makan, dll.Jadi, batu dan kayu dapat dipandang
sebagai non budaya bila didapatkan apa adanya sebagai batu gunung dan
pepohonan, namun menjadi sebuah benda budaya bila mendapat campur tangan
manusia.
2.6 Pranata Kebudayaan
Pranata
(institution) yang ada dalam kebudayaan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan
hidup manusia yang hidup dalam ruang dan waktu. Pengelompokannya
(Koentjaraningrat, 2000) adalah sebagai berikut:
1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
kehidupan kekerabatan (kinship atau domestic institutions), misalnya
perkawinan, pengasuhan anak.
2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia untuk pencaharian hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta
benda (economic institutions), misalnya pertanian, industri, koperasi, pasar.
3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang
berguna (educational institutions), misalnya pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi, pendidikan keagamaan, pers.
4. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
ilmiah manusia, menyelami alam semesta (scientific institutions), misalnya
penjelajahan luar angkasa.
5. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia menyatakan keindahannya dan rekreasi (aesthetic and recreational
institutions), misalnya batik, seni suara, seni gerak, seni drama, olahraga.
6. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib (religious
institutions), misalnya masjid, do’a, kenduri, upacara, pantangan, ilmu gaib.
7. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
jasmaniah manusia (somatic institutions), misalnya perawatan kecantikan,
pemeliharaan kesehatan, kedokteran.
(1)
simbol-simbol konstitutif yang terbentuk sebagai pembentuk ilmu pengetahuan dan
agama; (2) simbol-simbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan (3)
simbol-simbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai dan aturan-aturan;
serta (4) simbol-simbol pengungkapan perasaan atau simbol-simbol ekspresif.
DAFTAR
PUSTAKA
www://staff.uny.ac.id/sites/files/pendidikan
multicultural.pdf. Handout Pendidikan
Multikultural.
Diakses pada hari kamis, 5 September 2013
Nizomi.Fahrin,
http://id.scribd.com/doc/112275035/Makalah-Hakikat-Kebudayaan-Dan-Manusia-Fix,
makalah hakikat kebudayaan dan manusia. Diakses pada hari Kamis, 5 September
2013
http://mikhaeldulas1.blogspot.com/2012/03/hakikat-manusia-dan-kebudayaan.html,
Hakikat Manusia Dan Kebudayaan.Diakses pada hari Sabtu, 7 September 2013
http://search.4shared.com/postDownload/SvZK4A3B/makalah_hakekat_manusia_sebaga.html,
Makalah Hakikat Manusia sebagai Budaya. Diakses pada hari Sabtu, 7 September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar