Minggu, 16 April 2017

TIMUR LENK DAN PEWARIS-PEWARISNYA

Oleh: Muhammad Irham


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setelah kematian penguasa Dinasti Ilkhan terakhir, Abu Said pada 1335 M, Iran dan Asia Tengah menjadi arena kompetisi faksi-faksi politik, beberapa sukses mendirikan dinasti-dinasti lokal. Jalayiriyah awalnya menguasai Iran bagian barat daya dan Iraq. Dinasti Muzhaffariyah, dari keturunan Arab, berkuasa di Iran selatan dan barat, lalu mencaplok Fars. Di Khurasan bagian barat, gerakan revolusioner Syi’ah membentuk sebuah Negara dibawah kepemimpinan Sarbadar. Tanah Persia benar-benar berada dalam disintegrasi akut.
Restorasi tatanan politik dan pengembalian keseimbangan di kawasan timur Dunia Islam merupakan hasil dari kerajaan bengis yang dibangun oleh Timur Lenk selama 35 tahun. Negeri-negeri ditaklukan atau dicaplok oleh Timur dalam rangka menciptakan kelanjutan Imperium Mongol, secara geografis maupun ideologis.
Sayangnya, kerajaan milik Timur ini hampir tercerai-berai, setelah kematiannya. Ini karena Timur terlalu berkonsentrasi pada kampanye militer, bukan pada penataan administrasi. Walaupun begitu, keturunan Timur Lenk, yang secara kolektif disebut Dinasti Timuriyah, berhasil menambal banyak lubang di tubuh kerajaan selama satu abad penuh. Mereka peduli pada penataan administrasi dan kemajuan pertanian. Mereka juga tanpa henti berusaha memajukan sastra, seni, budaya, dan arsitektur di Persia, Herat, hingga India.

1.2 Rumusan Masalah
A.    Siapakah Timur Lenk?
B.     Bagaimana pemerintahan Dinasti Timuriyah?
C.     Bagaimana perkembangan kebudayaan pada masa Dinasti Timuriyah?

1.3 Tujuan
A.    Mengetahui biografi Timur Lenk.
B.     Memahami pemerintahan Dinasti Timuriyah.
C.     Memahami perkembangan kebudayaan pada masa Dinasti Timuriyah.




PEMBAHASAN

2.1 Timur Lenk
2.1.1 Biografi Timur Lenk
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan Bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, seorang penakluk dari Samarkand.[1]
Timur Lenk dilahirkan di Kesh (kini bernama Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan pada tanggal 25 Sya'ban 736 H (8 April 1336 M). Timur Lenk, yang artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah.
Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kesh. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri. Ketika ayahnya wafat, Timur bergabung dengan pasukan Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan, sampai gubernur itu meninggal. Timur lalu bergabung sebagai tentara pada penguasa lokal, Amir Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin militer termasyhur. Timur dikenal sebagai komandan yang gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman Tughluq Timur Khan, penguasa Dinasti Chagatai.
Serbuan pasukan Tughluq Timur Khan melambungkan nama Timur Lenk. Ketangguhan dan kehebatannya membuat penguasa Dinasti Chagatai itu terkesan. Tughluq, setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah itu, Tughluq mengangkat anaknya, Ilyas Khan sebagai Gubernur Samarkand dan hanya menjadikan Timur Lenk sebagai wazir. Timur melakukan pemberontakan bersama dengan cucu Qazaghan, Amir Husein. Tughulq dan Ilyas tewas dalam pertempuran. Kemudian Timur malah membunuh Amir Husein yang masih merupakan iparnya sendiri. Pada 10 April 1370 M, ia mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. Semboyan Timur Lenk yaitu: “Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di Bumi juga hanya ada satu raja.”
Sejak itu, Timur Lenk menebar maut sebagaimana dilakukan Hulagu seabad sebelumnya. Timur Lenk menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam berbagai pertempuran dan ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis, Timur Lenk melakukan perluasan kekuasaan.

2.1.2 Serangan-serangan Timur Lenk
Sepuluh tahun pertama pasca memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan keturunan Jengis Khan, Timur Lenk menaklukan Jata dan Khawarizm.
Setelah Jata dan Khawarizm di taklukan, Timur Lenk mulai memiliki ambisi untuk menjadi penguasa besar,  dan berusaha menaklukan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan.
Pada tahun 1381 ia menyerang dan berhasil menaklukan Khurasan, Herat, hingga berhasil menduduki negeri-negeri di Afghanistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Bahkan, disetiap daerah taklukannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Salah satunya di Sabzaawar, Afghanistan ia membangun menara, disusun dari 2000 mayat manusia yang di balut dengan batu dan tanah liat. Di Ishafan, Iran, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara.
Tahun 1393 M ia menghancurkan Dinasti Muzhaffariyah di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya, dan setahun kemudian ia berhasil menguasai seluruh Mesopotamia. Penguasa Baghdad waktu itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia kemudian meminta perlindungan dari penguasa Dinasti Mamalik di Mesir, al-Malik al-Zahir Barquq. Mesir, sebagaimana pada masa serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari kebiadaban Bangsa Mongol.
Timur Lenk kemudian menjarah kota Takrit, Mardin, dan Amid. Di Takrit, kota kelahiran Shalahuddin al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak korban-korbannya.
Tahun 1395 M, Timur Lenk menyerbu daerah Qipchak, kemudian menaklukan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian  ia menyerang India. Konon, alasan penyerbuan ini adalah karena ia mengganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Di India, pasukan Timur Lenk membantai lebih dari 80.000 tawanan. Dalam rangka pembangunan masjid di Samarkand, ia mempekerjakan 90 ekor gajah untuk mengangkat batu-batu besar dari Delhi ke Samarkand.
Setelah fondasi masjid dibangun, tahun 1399 M Timur Lenk berangkat memerangi Kesultanan Mamalik dan Kesultanan Utsmani. Dalam perjalanannya, ia menaklukan Georgia. Di Sivas, sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup.
Pada 1401 M pasukan Timur Lenk memasuki Syria Utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Piramida dibuat dari 20.000 kepala penduduk. Banyak bangunan masjid dan sekolah peninggalan Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al-Ayyubi yang dihancurkan. Hamah, Homs, dan Ba’labak jatuh. Pasukan Sultan Faraj dari Kesultanan Mamalik juga dapat dikalahkan dalm satu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus dapat dikuasai pasukan Timur Lenk. Para seniman dan pekerja ulung diangkut dari Damaskus ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa sebagai pembenaran atas tindakan-tindakannya.
Selanjutnya Baghdad yang diserang. Ketika Baghdad berhasil ditaklukan, pasukan Timur Lenk membantai 20.000 penduduk. Disini ia mendirikan 120 piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.
Kesultanan Utsmani, oleh Timur Lenk, dipandang sebagai tantangan besar, karena mereka menguasai banyak daerah bekas Kerajaan Jengis Khan dan Hulagu Khan. Timur Lenk mengarahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I di Sivas. Timur Lenk menang dan putra Bayazid, Erthugrul, terbunuh. Pada 1402 M, kembali terjadi pertempuran antara Timur Lenk dengan tentara Bayazid di Ankara. Bayazid bersama putranya Musa tertawan hingga wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Timur melanjutkan serangannya ke Broessa (kini Bursa), ibukota Kesultanan Utsmani pada masa itu, dan Smyrna. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk mempersiapkan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit, hingga wafat pada tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Samarkand.
Sekalipun terkenal sebagai penguasa yang ganas lagi kejam, sebagai seorang muslim, Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Konon, ia adalah seorang Syi’ah yang taat dan penggemar Tarekat Naqsybandiyah. Dalam ekspedisinya, ia selalu membawa ulama, sastrawan, dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormati olehnya. Ketika berusaha menaklukan Syria Utara, ia menerima dengan hormat sejarawan ternama, Ibnu Khaldun, yang diutus Sultan Faraj.


2.2 Dinasti Timuriyah
Setelah Timur Lenk Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Jahangir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya sehingga menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu, putra Timur Lenk termuda, Syah Rukh, merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia memerintah antara 1405-1447 M dengan adil dan lemah lembut.
Ia mengambil pajak dari aktivitas pertanian dan perdagangan. Syah Rukh juga melarang prostitusi dan konsumsi minuman keras. Ia menggelari dirinya Padishah-i Islam, seolah ingin dikenal sebagai khalifah bagi seluruh umat Islam. Penguasa-penguasa patuh terhadapnya. Selama pemerintahan Syah Rukh, Dinasti Timuriyah dan Dinasti Ming menjalin hubungan politik dan perdagangan yang baik.[2]
Istri Syah Rukh, Gawharshad, bekerjasama dengan Qawamuddin, seorang arsitek Persia, dalam merencanakan dan membangun banyak bangunan publik yang begitu indah di Herat, dan di kota-kota lain, termasuk makam Imam Ali bin Musa al-Ridha, keturunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib sekaligus imam syi’ah kedelapan, di Mashhad.
Syah Rukh meninggal dalam usia 72 tahun. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Muhammad Taragai, bergelar Ulug Beg, seorang raja yang alim dan ahli ilmu pasti. Saat rezim Syah Rukh, Ulug Beg menjabat gubernur Samarkand.
Ulug Beg terkenal sebagai seorang yang cinta ilmu, ia mengumpulkan para ilmuwan, seperti Qadizada Rumi (wafat 1436 M), Ghiyathuddin Jamsyid Kashi (wafat 1429 M), Alauddin Ali Qusychi (wafat 1474 M), dan lain-lain, di Samarkand.[3] Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdul Latif (1449-1450 M). Abdul Latif kemudian dibunuh orang-orang yang setia pada Ulug Beg.
Raja besar Dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah-belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu. Kematian Abu Sa’id ini sekaligus menandai keruntuhan dinasti Timuriyah. Dinasti ini berakhir sepenuhnya pada tahun 1507 M, ketika Muhammad Shaybani, pendiri Kekhanan Bukhara dari Suku Uzbek menaklukkan Samarkand.
Pada tahun 1526 M, salah seorang keturunan Timur Lenk, Babur, mendirikan Dinasti Mughal di Kabul. Pada Abad ke-17, Dinasti Mughal menguasai hampir seluruh anak benua India.[4]

2.3 Perkembangan Kebudayaan di Masa Dinasti Timuriyah
2.3.1 Bahasa dan Sastra
Wilayah Asia Tengah, sebelum Dinasti Timuriyah telah mengenal banyak bahasa. Timur Lenk menetapkan Bahasa Persia sebagai resmi. Bahasa Persia menjadi bahasa primer di bidang administrasi, penulisan sejarah, dan sastra.[5] Semua orang harus beradaptasi dengan budaya Persia, dari etnis manapun mereka berasal. Sedangkan Bahasa Arab menjadi bahasa sains, filsafat, dan ilmu-ilmu agama.
Syah Rukh, dan anaknya Ulug Beg, berhasil mengembangkan sastra dan budaya Persia. Salah satu karya sastra terpenting dari masa Timuriyah adalah biografi Timur Lenk, Zafarnameh, yang ditulis oleh Syarafuddin Ali Yazdi. Penyair sufi paling terkenal dari masa Timuriyah, juga salah satu penyair Persia terbesar, adalah Nuruddin Abdurrahman Jami, atau lebih dikenal dengan nama Jami.

2.3.2 Seni Lukis dan Kaligrafi
Kontribusi terpenting Timuriyah dalam seni ilustrasi adalah institusi Kitabkhana, yang berfungsi sebagai perpustakaan, sekaligus sanggar bagi pelukis, penyepuh, kaligrafer, dan seniman-seniman lainnya berkolaborasi dengan disponsori pejabat-pejabat Timuriyah.
Banyak manuskrip disalin dan diberi ilustrasi-ilustrasi indah pada masa Timuriyah, seperti karya-karya Nizami, Rumi, Jami, Amir Khusraw, dan Husain Kasyifi.
Selain Herat, pusat-pusat budaya, sains, dan seni di masa Timuriyah adalah Syiraz, Isfahan, Yazd, dan Samarkand.[6]

2.3.3 Arsitektur
Arsitektur bangunan-bangunan masa Timuriyah kebanyakan dipengaruhi tradisi Saljuk. Karakteristik dari semua bangunan utama era Timuriyah adalah simetris, bergaya Turki-Persia, bagian luar diberi banyak warna-warna terang, dan didominasi ubin biru kehijau-hijauan, seperti terlihat dari Gur-e Amir (makam Timur Lenk).[7]
Gaya arsitektur Timuriyah banyak dijumpai di India pada masa Kerajaan Mughal.



KESIMPULAN

Timur Lenk dilahirkan di Kesh, sebelah selatan Samarkand, pada tahun 1336 M. Timur Lenk, yang artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah. Ayahnya bernama Taragai.





DAFTAR PUSTAKA

Hodgson, Marshall G. S. 1974. The Venture of Islam Volume 2: The Expansion of Islam in the Middle Periods. Chicago: The University of Chicago Press.
Morgan, David O. dan Anthony Reid. 2011. The New Cambridge History of Islam Vol. 3: The Eastern Islamic World Eleventh to Eighteenth Centuries. (Cambridge: Cambridge University Press.

en.wikipedia.org/wiki/Timurid_Empire diakses pada 18/2/2017.




[1] Marshall G. S. Hodgson, The Venture of Islam Vol. 2: The Expansion of Islam in the Middle Periods. (Chicago: The University of Chicago Press, 1974).
[2] David O. Morgan dan Anthony Reid, The New Cambridge History of Islam Vol. 3: The Eastern Islamic World Eleventh to Eighteenth Centuries, (Cambridge: Cambridge University Press, 2011).
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] en.wikipedia.org/wiki/Timurid_Empire diakses pada 18/2/2017.
[6] Ibid.
[7] Ibid.