SISTEM POLITIK PADA MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Politik
Disusun
oleh :
Kelompok
4
Feby anggita
Hesti Zahrotunnisa
Kokom Komariah
Muhammad Irham
|
|
JURUSAN
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
BANDUNG
2016
M/1438
H
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah, seperti tubuh. Satu tubuh milik satu organisme terdiri atas
tangan, perut, kaki, otak, jantung yang saling bekerjasama dan bersatu dalam
satu wilayah. Begitu pula sebuah
politik; walaupun ada pemisahan kekuasaan, presiden dan hakim misalkan, jelas
berbeda; tetapi tetap ada kesatuan, ada sistem yang saling berkaitan. Banyaknya
individu, kelompok, dan kepentingan yang bermain politik, tetap juga ada pola
teratur. Banyaknya irama, nada, dan ritme, tetap juga menghasilkan satu lagu.
Demokrasi
terpimpin merupakan salah satu fase dalam rangkaian sejarah panjang Indonesia.
Salah satu karang yang pernah dilalui arus riwayat politik Negara kita. Masa
Demokrasi Terpimpin, yang bergandengan dengan Ekonomi Terpimpin, dimulai dengan
berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai berakhirnya kekuasaan Presiden
Soekarno tahun 1966. Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden ini sebagai
upaya untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin mengkhawatirkan. Tetapi
di sisi lain, tindakan Soekarno ini dianggap menghilangkan salah satu sendi
demokrasi, yaitu kebebasan partai.
Demokrasi
Termimpin ini menarik untuk diamati, karena merupakan satu periode dalam
sejarah Indonesia yang unik. Sistem politiknya juga perlu dilihat sekali lagi, karena
Soekarno menutup napas politik beberapa partai dan seakan memanjakan PKI.
Kebijakan politik luar negeri juga dipandang melanggar asas Bebas-Aktif. Bagaimana
sistem politik, atau input-proses-output-input lagi, pada masa Demokrasi
Terpimpin?
1.2 Rumusan Masalah
Terhadap
latar belakang masalah diatas, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan
masalah, diantaranya:
A. Bagaimana
konsep sistem politik?
B.
Apa itu Demokrasi Terpimpin?
C. Bagaimana
sistem politik pada masa Demokrasi Terpimpin?
1.3 Tujuan
Terhadap rumusan masalah tersebut, maka
tujuan yang ingin di ketahui oleh penulis adalah, sebagai berikut :
A. Memahami
konsep sistem politik.
B. Mengetahui
pengertian “Demokrasi Terpimpin”.
C.
Memahami sistem politik pada masa “Demokrasi Terpimpin”.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Konsep Sistem Politik
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) atau
bahasa Yunani (sustēma), artinya suatu kesatuan yang terdiri komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Istilah
ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang saling
berinteraksi.[1]
Sistem
juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah, seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa
elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu negara.[2]
Meriam
Budiardjo meminjam istilah biologi untuk mengartikan sistem ini sendiri.
Menurutnya sistem adalah bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling
bergantung dan saling berinteraksi. Sedangkan menurut Sumantri, sistem adalah
sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksud. Apabila terjadi kerusakan pada salah satu bagian maka sistem atau
seluruh bagian tidak akan dapat menjalankan tugas sepenuhnya.[3]
Kata
politik berasal dari kata dalam Bahasa Yunani Kuno: Polis. Polis adalah
pemukiman seukuran kota yang dianggap Negara dalam kebudayaan Yunani Kuno. Dengan
politik sendiri berarti mempunyai hubungan khusus antara manusia yang hidup
bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, dan kekuasaan. Tetapi
politik juga dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan
pemerintah, pengaturan konflik yang menjadi konsensus nasional, serta kemudian
kekuatan masa rakyat.[4]
David
Easton merupakan ilmuwan politik pertama yang menulis politik dalam istilah
“sistem” secara eksplisit. Dalam membangun pemikirannya, Easton dipengaruhi situasi
dan pemikiran pada waktu itu. Pada masa itu ada semangat untuk membangun ilmu
sosial sebagaimana ilmu eksakta, menjadi lebih measurable dan observable,
alias pendekatan saintifik. Semangat tersebut dipengaruhi pandangan Auguste
Comte dan Henri de Saint-Simon, yang dikenal dengan istilah Positivisme.
Ilmu Biologi klasik juga mempengaruhi Easton dalam
menjelaskan analogi sistem sebagai satu organisme. Pemikiran Adam Smith juga
berpengaruh besar ketika Easton membahas kelangkaan, kompetisi, maksimalisasi,
juga tentang peran negara yang hanya sebagai “penjaga malam“ ; atau dalam
istilah Easton hanya bertugas mengonversi input menjadi output.[5]
Input
dalam bentuk tuntutan dan dukungan menjadi masukan sistem politik. Tuntutan
dapat datang dari dalam sistem, dapat pula dari luar sistem. Setelah tuntutan
dan dukungan diproses dalam sistem
politik, keluarannya disebut output, yang berkisar pada dua entitas, yaitu
keputusan dan tindakan. Pada kondisi lebih lanjut, output memunculkan feedback
(umpan balik), baik dari kalangan internal maupun lingkungan. Reaksi ini
diterjemahkan dalam format tuntutan dan dukungan, lebih lanjut meneruskan
kinerja sistem politik. Demikian proses kerja ini berlangsung secara siklis. Atau sederhananya :
Mengenai pembagian atau klasifikasi sistem politik, para
tokoh banyak mengemukakan pendapatnya. Contohnya Ramlan Subakti dalam bukunya
Memahami Ilmu Politik, ia membagi sistem politik menjadi tiga, yaitu sistem politik
tradisional, sistem politik totaliter, dan sistem politik demokrasi. Sedangkan
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews dalam Perbandingan Sistem Politik
membagi sistem politik menjadi tiga; (1) sistem politik tradisional yang
terdiri atas sistem politik patriachal, sistem politik patrimenial, dan sistem
politik feodal; (2) sistem politik antara tradisional dan modern yang disebut
dengan sistem politik kerajaan birokrasi; dan (3) sistem politik modern yang
terdiri atas sistem politik demokrasi dan sistem politik kediktatoran (otoriter
dan totaliter).
2.2 Demokrasi Terpimpin
Terbentuknya
Demokrasi Terpimpin di Indonesia diawali pada tahun 1959 oleh Presiden Soekarno
sebagai pemegang kekuasaan penuh pemerintahan karena pada masa sebelumnya,
Demokrasi Parlementer, perpolitikan dalam negeri mengalami krisis politik dan
kekacauan di berbagai bidang.[6]
Demokrasi
terpimpin adalah reaksi terhadap demokrasi liberal/parlementer karena pada masa
Demokrasi Parlementer kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara,
sedangkan kekuasaan pemerintah dilaksanakan oleh kabinet yang bertanggungjawab
kepada Parlemen, sedangkan anggota-anggota parlemen berasal dari berbagai
partai.
[2] Ibid.
[3] Inu Kencana Syafiie dan
Azhari. Sistem Politik Indonesia. (Bandung: Refika Aditama), hlm 4.
[4] Ibid, hlm. 6-7.
[5] Muslim Mufti, Teori-teori
Politik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 34.
[6] Abi
Sholehuddin, Jargon Politik Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1965,
e-Jurnal Avatara, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015),hlm. 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar